JAKARTA - Dalam perjalanan setelah terpilihahnya bapak Prabowo Subianto sebagai presiden Republik Indonesia,banyak program cemerlang yang beliau canangkan,namun program cemerlang itu seolah olah tidak terlaksana alias ambrudal tidak tepat sasaran sepertinya sasaran positip yang di programkan itu menjadi salah sasaran.
Ini terbukti banyaknya laporan dari salah satu yang ikut tes SPPI yang berasal dari Riau kabupaten Indragiri,mengakatan kepada awak media belum lama ini,bahwa perlakuan terhadap kami terlebih pada diri saya Saya sangat memprihatinkan.
Akhirnya ketidak sanggupan Saya mengikutinya Saya simpulkan mundur dari situ,belum lagi mendapat intimidasi dan pendekatan terhadap diri saya.
"Dan disini dapat saya ceritakan melalui media tentang kronologis yang terjadi kepada diri saya :
Saya yang bernama NITA PURNAMASARI, awal mengikuti tes SPPI di pekanbaru dan di nyatakan LULUS di WEB pada tgl 11 April 2025, sementara rombongan yg lulus berangkat di tgl 9 April 2025 ...
Banyak yang lulus tpi tdk boleh berangkat pendidikan ke bandung dan akhirnya teman-teman yg lulus demo ke jakarta untuk meminta penjelasan kepada panitia pusat, setelah beredar kritikan panitia langsung menghubungi 59 orang dari riau untuk berangkat susulan di tgl 24 April 2025 ...
setelah saya sampai di bandung langsung besok nya mengikuti kegiatan dan ada yg melakukan kesalahan tiba-tiba kami di hukum semua untuk merayap di atas krikil tajam pada malam hari. Saat itu kondisi saya sedang PMS hari ke 2 dan masih lemah, saya sudah lapor ke salah satu TNI bahwa saya lemah tapi tidak di respon dan malah di bilang manja, setelah merayap saya tumbang kondisi badan lemah pusing, tapi hanya bisa duduk di depan meja piket, badan sudah memar dan luka karena tajam nya kerikil. Keesokan hari nya saya sakit tapi masih di paksa untuk ikut berbaris, sudah periksa ke dokter yg ada di lingkungan TNI SESKOAD belum boleh beraktivitas, harus istrahat dulu, tapi DATON dan BATON tetap suruh saya berjalan jauh sambil ikuti kegiatan. Saya hub orang tua agar keluarga yang di bandung datang menjemput saya, perlakuan di asrama sangat buruk tidak ada yang berani melawan kecuali saya, dari pada saya mati konyol di dalam asrama lebih bagus saya mengundurkan diri, para pelatih dan komandan TNI menyuruh saya menandatangani surat pengunduran diri, dan saya sudah lakukan itu, sementara setelah keluarga saya jemput, pihak TNI malah bilang tunggu surat balasan nya dulu, setelah keluarga plg, saya langsung di tekan oleh komandan yang bernama FERRY R (DANSATDIK) Beliau berkata : " saya tidak akan izinkan kamu pulang dari asrama karena kalau saya pulangkan kamu, kamu akan up suara ke luar, saya tau identitas kamu aktivis organisasi maupun mantan caleg"
Saat itu saya tdk punya hp untuk merekam karena semua hp saya barang saya di sita oleh mereka, komadan FERRY R bilang kalau saya mau plg saya harus bayar denda 20 jutaan ..
Sementara dari surat pernyataan yg saya teken tdk ada membahas denda jika mengundurkan diri, mereka takut kalau saya bersuara..
Padahal saya berniat baik untuk mengundurkan diri secara baik-baik tapi saya malah di tekan akhirnya saya kabur dari asrama, setelah saya tau mereka tdk akan membolehkan saya pulang.
Saya kabur dalam keadaan sakit dan harus berobat, sementara di asrama saya mau berobat tidak direspon karena mereka tau identitas saya ..
Setelah beberapa hari saya hubungi komadan TNI untuk meminta barang dan hp saya, komandan bilang jika di ambilkan oleh teman harus ada surat kuasa, karna saya sudah pulang ke riau, setelah teman saya tgl 5 Mei 2025 senin sore kesana mau ambilkan barang saya, mereka tidak mau kasih, alasan nya harus saya sendiri yang kesana ngambil "sama saja menyerahkan diri ke kandang mereka lagi"
Harus nya TNI itu mengayomi, menjaga dan melindungi bukan malah menjadi musuh rakyat nya ..
Mereka ngancam saya agar tidak up suara, tpi barang saya tidak di kembalikan masih di tahan..(****)